Bos Coinbase Nilai Sistem Keuangan Tradisional Rusak, Minat Anak Muda ke Kripto Meningkat

Bos Coinbase Nilai Sistem Keuangan Tradisional Rusak, Minat Anak Muda ke Kripto Meningkat



  • CEO Coinbase Brian Armstrong menyebut sistem keuangan tradisional merugikan generasi muda dan mendorong peralihan ke kripto
  • Data internal Coinbase menunjukkan anak muda lebih agresif berinvestasi di aset kripto dibanding investor senior
  • Pelaku industri menilai blockchain berpotensi menggantikan fondasi sistem keuangan konvensional

IndoTech.eu.org - Pernyataan keras kembali datang dari industri aset digital. CEO sekaligus pendiri Coinbase, Brian Armstrong, menyebut sistem keuangan tradisional telah rusak dan tidak lagi berpihak pada generasi muda. Kritik tersebut memperkuat tren meningkatnya minat anak muda terhadap kripto sebagai alternatif investasi dan sarana membangun kekayaan.

Brian Armstrong menyampaikan pandangannya melalui unggahan di platform X. Ia menilai sistem keuangan konvensional saat ini tidak hanya gagal beradaptasi, tetapi juga menciptakan ketimpangan akses investasi bagi generasi muda. Pandangan ini kembali mengemuka di tengah meningkatnya adopsi kripto secara global.

Dikutip dari coinmarketcap, Rabu (17/12/2025), sejumlah pelaku industri kripto dalam beberapa bulan terakhir menilai teknologi blockchain memiliki potensi besar menggantikan sistem keuangan lama. Mereka menyoroti rendahnya efisiensi dan transparansi sistem konvensional, yang dinilai kalah dibandingkan blockchain.

Pandangan senada juga disampaikan CEO Fidelity, Abigael Johnson. Ia menilai teknologi yang menopang sistem keuangan tradisional masih sangat primitif dan bahkan “menakutkan”. Menurut Johnson, blockchain pada akhirnya akan menjadi fondasi baru bagi sistem keuangan global.

Armstrong menegaskan bahwa kerusakan sistem keuangan tradisional berdampak langsung pada pola investasi generasi muda. Ia menilai terjadi perubahan besar dalam cara anak muda memandang perencanaan keuangan dan pembangunan kekayaan.

“Kami tahu cara kerja sistem keuangan tradisional saat ini sudah rusak. Sistem tersebut juga merusak ekosistem investasi, dan kini terjadi pergeseran generasi—kaum muda merasa terpinggirkan dari jalur lama pembentukan kekayaan, sehingga semakin banyak yang melirik aset alternatif seperti kripto,” tulis Armstrong dalam unggahannya di X.

Pernyataan tersebut memicu respons luas dari komunitas kripto dan pelaku pasar global. Banyak pengguna X menyuarakan pengalaman serupa terkait sulitnya membangun kekayaan melalui jalur investasi konvensional.

Salah satu respons datang dari Karol Kozicki, yang menilai kripto menjadi solusi realistis bagi generasinya. “Tangga kekayaan tradisional sudah rusak, dan kripto menjadi salah satu jalan keluar nyata bagi generasi kami untuk membangun kekayaan yang signifikan,” tulis Kozicki.

Armstrong sebelumnya juga mengungkap bahwa generasi Gen Z dan milenial kini memandang kripto sebagai elemen penting dalam perencanaan ekonomi jangka panjang. Berdasarkan data internal Coinbase, investor muda mengalokasikan dana ke aset alternatif hingga tiga kali lebih besar dibandingkan kelompok usia lebih tua.

Data tersebut mencatat sekitar 73 persen anak muda merasa semakin sulit membangun kekayaan melalui investasi tradisional. Selain itu, 45 persen investor muda diketahui memiliki aset kripto, jauh melampaui investor senior yang hanya berada di angka 18 persen.

Minat terhadap produk turunan kripto juga terlihat signifikan. Sekitar 30 persen investor muda berencana membeli ETF kripto, sementara minat investor berusia lebih tua tercatat sekitar 18 persen.

Armstrong turut menyoroti karakter investor muda yang cenderung lebih berani mengambil risiko. Mereka tercatat menggunakan fasilitas margin hampir dua kali lebih sering dibandingkan investor senior dan memiliki target imbal hasil yang lebih agresif.

Optimisme terhadap masa depan kripto juga lebih kuat di kalangan anak muda. Sekitar 80 persen investor muda meyakini peran kripto akan semakin penting di masa depan, sementara pada kelompok usia lebih tua angkanya berada di kisaran 60 persen.

Sementara itu, Abigael Johnson menilai peralihan menuju blockchain tidak akan berlangsung secara instan. Ia menekankan bahwa perubahan akan terjadi melalui mekanisme persaingan pasar dan penyesuaian regulasi. Menurutnya, institusi keuangan yang gagal beradaptasi berisiko kehilangan pangsa pasar.

Sejumlah bank besar Wall Street kini mulai menguji berbagai inisiatif kripto, seiring derasnya aliran dana ke ETF Bitcoin dan Ethereum. Fidelity termasuk salah satu institusi terdepan dalam adopsi blockchain.

Hingga awal Desember, ETF Bitcoin milik Fidelity tercatat mengelola dana sekitar US$20 miliar, menjadikannya yang terbesar kedua setelah BlackRock. Perusahaan tersebut juga telah meluncurkan produk pasar uang berbasis token serta ETF Solana, menandai semakin kuatnya integrasi kripto dalam sistem keuangan global.


(*)

Post a Comment

0 Comments

close